Perasaanmu gak lebay: Sebuah catatan orang yang mudah menangis
Aku menulis isi sebab semalam dengan anehnya tubuhku merespon sebuah lagu dengan begitu emosionalnya. Sebenarnya bagiku ini adalah hal biasa, bisa terjadi dimana saja. Ini bisa terjadi di tengah pusat perbelanjaan dan pikiranku berkedip-kedip lari ke masa lampau. Ini bisa terjadi ketika aku menonton acara anak-anak yang memiliki momen mengharukan. Ini juga bisa terjadi di tengah keramaian diantara euforia bahagia dan telingaku menangkap lagu sedih, diantara luapan bahagia aku bisa menjadi satu-satunya orang yang berkaca-kaca menangis sejadi-jadinya dan yang satu ini bisa menjadi masalah, karena hal ini bisa terjadi disaat yang tidak tepat atau memalukan seperti semalam, hehe.
Sebenarnya semalam tidak ada kejutan spesial atau adegan mengharukan seperti di kebanyakan film melodrama. Hanya ada senyuman, tawa, dan setumpuk rasa bangga musabab lagi-lagi kami─angkatan hijaz─mendapat predikat juara umum di ajang perlombaan antar marhalah. Tentunya aku menangis juga bukan karena piala, sertifikat atau hadiah berjejer yang berhasil kami dapatkan. Ada emosi yang tiba-tiba dengan anehnya membuatku merasa sesak saat melihat senyuman orang-orang yang berkumpul di lapangan.
Sebuah perasaan takut untuk meninggalkan dan ditinggalkan.
Puncaknya saat lagu Sampai Jumpa dari Endank Soekamti mengalun menerobos benteng pertahananku dan tanpa bisa dicegah lagi air mataku mengalir. Sementara di kepalaku berputar memori tiga tahun silam dimulai dari kesibukan mengurus ujian di Kedutaan Besar Mesir di Indonesia, keberangkatan, kesibukan ijroat asrama dan kuliah, juga memori kebersamaan kita lainnya. Wajah-wajah yang awalnya asing dimataku menjelma menjadi rumah yang nyaman untuk bercengkrama, menjelma tangan-tangan yang menguatkan saat aku sering kehilangan arah sebab dibahuku sudah terlalu berat memikul janji-janji mimpi yang belum bisa kumiliki. Because home it's always about feeling right?
Sementara di kepalaku beralih memikirkan tentang tahun terakhir di Mesir, menerka-nerka apa yang akan terjadi kedepannya, mempersiapkan segala hal yang masih mungkin kugapai, sebuah cara mempersiapkan sebuah perpisahan dengan seindah-indahnya perpisahan. Karena setiap kita pasti tahu pertemuan adalah sebuah keniscayaan, begitu pula sebaliknya.
Ada kan tiada bertemu akan berpisah…
Hey, sampai jumpa di lain hari, untuk kita bertemu lagi…
Kemudian aku juga menyadari, bahwa kita tidak bisa selamanya menggantungkan hidup pada sekelompok orang, sebab di tangan dan kaki mereka sudah riuh dengan mimpi-mimpi tak berkesudahan, perjalanan mereka masih panjang, begitu pula dirimu sendiri. Dan bukankah kita sudah terbiasa dengan perpisahan? Buktinya sudah terlalu banyak salam perpisahan yang kita ucapkan, bahkan dinding ingatanku mungkin lekat oleh kenangan, lambat laun kita akan terbiasa dan akan baik-baik saja. Waktu akan gesit berlari membawamu bertemu orang baru sementara mereka yang lalu akan selalu hidup lekat dalam ingatanmu.
Meskipun ku tak siap untuk merindu…
Ku tak siap tanpa dirimu…
Lalu semalam kutemui diriku menangis di pelukan kawan-kawanku, lagi-lagi air mataku tidak bisa dicegah. Bahu-bahu yang basah, euforia kebahagiaan, dan angin permulaan musim dingin menjadi saksi sebuah pembukaan parade perpisahan untuk setahun kedepan. Kudoakan kalian selalu kuat dan bahagia disetiap langkah kaki yang berlari mengejar mimpi. Kudoakan kalian selalu diberkahi demi detak yang kian menua di setiap harinya.
Ku harap terbaik untukmu…
And that's okay, sebagai penutup. Semalam aku menangis dengan lega tentunya, toh menangis adalah respon alami dari tubuh kita terhadap sebuah emosi. Meski mudah menangis hal itu tidak lantas menjadikan kamu lemah kan? (ya sedikit malu sih mungkin iya, hehe)
Sebab pada dasarnya hanya orang-orang yang kuat dan pemberani yang berani menunjukkan air matanya. Gak ada yang salah dengan mudah menangis, namun kamu harus memastikan kondisi apa yang mendasari perasaanmu itu dan jika kamu justru terusik karena menjadi sangat mudah meneteskan airmata, mungkin ada baiknya kamu melakukan konsultasi ke profesional mengenai hal tersebut ya...
Salam hangat,
sehangat nasi yang baru mateng 😊
Kairo, 20 November 2022
Anyyatul
"Kita tidak bisa selamanya menggantungkan hidup pada sekelompok orang, sebab di tangan dan kaki mereka sudah riuh dengan mimpi-mimpi tak berkesudahan, perjalanan mereka masih panjang, begitu pula dirimu sendiri."
BalasHapus"Waktu akan gesit berlari membawamu bertemu orang baru sementara mereka yang lalu akan selalu hidup lekat dalam ingatanmu."
Terimakasih sudah diingatkan kembali♡♡